Kamis, 23 Mei 2019

Pengertian BootLoader pada OS Android


Bootloader adalah program komputer yang memuat sistem operasi (OS) untuk Android smartphone dan komputer setelah menyelesaikan pengujian diri.
Bootloader mengkonfigurasi perangkat ke keadaan awal yang diketahui dan memiliki sarana untuk memilih darimana memulai kernel. Hal ini memungkinkan Kamu untuk membuat pilihan ini, yang memungkinkan pengguna, antara lain, untuk memuat kernel Linux alternatif, atau Windows. Karena bootloader adalah komponen penting dari proses booting, memori tersebut disimpan dalam memori non-volatile, seperti memori flash.
Bootloader ditulis oleh vendor ( merk yang memproduksi khusus smartphone ) yang khusus untuk hardware (perangkat keras) yang mereka inginkan.
Untuk perangkat Android, bootloader biasanya bekerja pada saat logo Android ( merk ) atau menu Recovery. Bootloader Android sering memiliki mode interaktif dasar yang dapat diaktifasi dengan menahan tombol "volume turun ( - )" saat bootloader dijalankan.

Locked Bootloader

Locked bootloader adalah bootloader yang dikunci oleh vendor dengan kode pengaman khusus ( CID ). untuk membukanya biasanya memerlukan program khusus. tetapi garansi pada smarphone yang d unlock bootloadernya akan hangus. beberapa opreker biasanya memodifikasi bootloader dengan custom boot, tetapi resikonya akan terjadi kerusakan fatal pada hardware / softwarenya ( tidak direkomendasikan bagi pemula ).

bootloader juga mempunyai nama khusus oleh vendornya, contoh :
HBOOT, Android bootloader dari HTC
rrload, Android bootloader dari Motorola
AndroidRoot, bootloader patched by [Androidroot.mobi] members untuk ASUS Eee Pad Transformer Prime|ASUS Eee Pad Transformer Prime TF201, TF300, dan TF700
Das U-Boot, open-source bootloader ; digunakan pada Chromium OS; dapat diganti bootloadernya pada beberapa perangkat Android
IPL + SPL, bootloader from HTC
GNU GRUB, bootloader ya
ng paling banyak digunakan pada desktop Linux distributions
WallabyBootloader
bootldr, Linux bootloader untuk PocketPC.
HaRET, bootloader untuk booting Linux kernels di Windows CE devices
LinExec

demikian semoga menambah pengetahuan

Sumber : https://okaimangage.blogspot.com/2018/02/pengertian-bootloader-pada-os-android.html

Minggu, 24 Maret 2019

Cara Mengganti Font Default di Semua Versi Windows melalui Regedit

Ketika kamu mendapati laptop atau komputer yang sudah terinstall Windows 10, hal pertama yang terlintas dalam pikiran kamu itu kadang" ingin mengganti font nya yang menurut kamu terlihat membosankan.

Untuk mengganti font, kamu perlu berurusan dengan Regedit yang paling rumit dan banyak kode-kode yang ada di setiap foldernya. tapi tenang saja, kalau ada aku mah semua masalah bisa teratasi ya :), sebelum beranjak ke tutorial, buat menghindari kesalahan kamu saat mengganti font nya, kamu perlu mem-backup registry, biar nanti bisa dikembalikan saat komputer kamu mendadak tidak bisa di operasikan secara normal.

Untuk mengubah font default pada komputer Windows 10 kamu, buka Control Panel - Appearance and Personalization dan pilih opsi Fonts. kamu dapat membuka Control Panel dengan mengklik kanan pada Start menu Windows atau mencarinya di pencarian Cortana atau pada Desktop di taskbar.

Lihat model font dengan mengklik opsi Preview yang tersedia dan catat nama font yang ingin kamu gunakan. Jika kamu ingin menambahkan font baru, kamu tinggal copy font kamu dan pastekan di folder Font di Control Panel. Ekstensi font harus .ttf.
Selanjutnya buka halaman baru di Notepad dan copy dan paste kode registry berikut dibawah ini.
Windows Registry Editor Version 5.00
 
[HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows NT\CurrentVersion\Fonts]
"Segoe UI (TrueType)"=""
"Segoe UI Bold (TrueType)"=""
"Segoe UI Bold Italic (TrueType)"=""
"Segoe UI Italic (TrueType)"=""
"Segoe UI Light (TrueType)"=""
"Segoe UI Semibold (TrueType)"=""
"Segoe UI Symbol (TrueType)"=""
 
[HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows NT\CurrentVersion\FontSubstitutes]
 
"Segoe UI"="ENTER-NEW-FONT-NAME"
Di bagian terakhir kode dimana dikatakan ENTER-NEW-FONT-NAME, di situlah kamu mengetikkan nama font yang kamu simpan sebelumnya. Setelah itu klik File - Save As. Kamu dapat mengatur nama file kamu sendiri, tetapi pastikan itu diakhiri dengan ekstensi .reg. Di bawah bidang Save as type, pilih All Files.
Saat kamu membuat file baru, klik doble pada file itu dan klik Yes ketika jendela baru muncul. Klik OK, dan selesaikan, kamu harus merestart komputer kamu. Ketika komputer kamu memulai, kamu akan melihat font baru yang kamu tambahkan sebelumnya.


Cara Kembali ke Font Default

Jika kamu menyesal mengubah font default dan ingin kembali, yakinlah bahwa kamu bisa. Buka notepad dan copy dan paste kode berikut:
Windows Registry Editor Version 5.00
 
[HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows NT\CurrentVersion\Fonts]
"Segoe UI (TrueType)"="segoeui.ttf"
"Segoe UI Black (TrueType)"="seguibl.ttf"
"Segoe UI Black Italic (TrueType)"="seguibli.ttf"
"Segoe UI Bold (TrueType)"="segoeuib.ttf"
"Segoe UI Bold Italic (TrueType)"="segoeuiz.ttf"
"Segoe UI Emoji (TrueType)"="seguiemj.ttf"
"Segoe UI Historic (TrueType)"="seguihis.ttf"
"Segoe UI Italic (TrueType)"="segoeuii.ttf"
"Segoe UI Light (TrueType)"="segoeuil.ttf"
"Segoe UI Light Italic (TrueType)"="seguili.ttf"
"Segoe UI Semibold (TrueType)"="seguisb.ttf"
"Segoe UI Semibold Italic (TrueType)"="seguisbi.ttf"
"Segoe UI Semilight (TrueType)"="segoeuisl.ttf"
"Segoe UI Semilight Italic (TrueType)"="seguisli.ttf"
"Segoe UI Symbol (TrueType)"="seguisym.ttf"
"Segoe MDL2 Assets (TrueType)"="segmdl2.ttf"
"Segoe Print (TrueType)"="segoepr.ttf"
"Segoe Print Bold (TrueType)"="segoeprb.ttf"
"Segoe Script (TrueType)"="segoesc.ttf"
"Segoe Script Bold (TrueType)"="segoescb.ttf"
 
[HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows NT\CurrentVersion\FontSubstitutes]
 
"Segoe UI"=-
Setelah kamu mepastekan kode, klik File - Save As dan pilih All Files. Tidak masalah nama apa yang kamu berikan untuk file tersebut, tetapi pastikan itu memiliki ekstensi .reg.

Jangan lupa klik Save dan setelah itu klik doble pada file yang baru dibuat. Klik Yes, diikuti dengan OK. Kamu harus merestart komputer anda untuk melakukan perubahan akhir.

Sabtu, 02 Maret 2019

Cara memperbaiki Bluetooth kadang Disconnect sendiri saat mau Nghubungin ke Speaker di Windows 8.1


Kadang masalah ini sering muncul saat aku mau ngehubungin ke speker music box ku ( Saat itu speker internalku dalam masalah / rusak ) kadang hilang hilang sendiri bluetooth nya tapi habis itu muncul lagi, setelah konekin, tetep nggak bisa dikonekin, masalah ini sering timbul di Windows 8.1, aku pikir ini rusaknya dari hardware ku sendiri, tapi aku iseng-iseng install Phoenix OS ( OS Android-x86 ) itu masih bisa dikonekin ke bluetooth, jadi aku bisa berasumsi bahwa yang rusak itu adalah OS nya sendiri, dan akhirnya aku pergi mencari solusi nya di google, dan saya temukan solusinya, ada bermacam-macam solusi tapi kamu bisa mencoba nya satu-satu

Solusi 1 : Mengotak-atik services.msc

1. Tekan Win+R di desktop, lalu ketikkan " services.msc " , ingat tanpa tanda petik ya
2. Setelah kebuka window services nya, tekan 2x baris yang bernama " Bluetooth Support Service "
3. Akan kebuka jendela baru, yang pertama itu " Stop " dulu service nya, lalu ganti kolom yang manual jadi otomatic

5. Masih sama di jendela itu, lalu pindah ke tab Log On dan disitu ada password, nah disini tekan browse dan masukin nama user account kamu seperti gambar dibawah ini, tapi kalau nggak mau ribet ya biarin aja seperti ini, kalau aku sendiri sih error saat aku ganti ke nama akun ku sendiri, saat mau aku start services nya malah error, jadi aku tetep biarin seperti ini saja, setelah sama seperti ini tinggal jalanin service nya dengan menekan start di tab General lalu tekan apply dan OK
6. Langkah terakhir, coba konekin lagi ke speaker nya, dijamin bisa deh

Kalau masih tetep nggak bisa, lanjut ke solusi yang ke 2 : Reinstall Driver

1. Klik kanan logo windows di pojok kiri bawah, lalu klik " Device Manager "
2. Lanjut ke bagian Bluetooth, klik tanda panah kecil di sampingnya, lalu klik kanan drivers bluetooth nya setelah itu klik Uninstall
3. Lalu restart kompi kamu, dan lihat apakah bisa atau nggak

Mungkin sampai disini dulu, aku update lagi kalau ada waktu, sekian dan salam sukses

Rabu, 09 Januari 2019

Apa itu perbedaan antara Personalization dengan Customization


Wikipedia memiliki banyak artikel yang membantu, diteliti dengan baik, dan dikutip dengan baik pada hampir setiap topik yang dapat kamu bayangkan. Selain Google, itu mungkin alat yang paling banyak digunakan untuk pencarian fakta cepat. Namun, ada satu hal yang salah di Wikipedia: Personalisasi tidak identik dengan penyesuaian.

Personalisasi dan kustomisasi telah lama menjadi dua kata kunci paling populer di dunia pemasaran modern. Sayangnya, sebagai pemasar, kami telah jatuh ke kebiasaan buruk menggunakan istilah secara bergantian ketika, pada kenyataannya, mereka memiliki makna dan implikasi yang sama sekali berbeda.
Untuk membantu kamu lebih memahami, berikut adalah beberapa wawasan bermanfaat tentang personalisasi dan penyesuaian:

Mari Mulai dengan Definisi
Tempat terbaik untuk memulai adalah dengan mendefinisikan setiap istilah. Inilah yang perlu kamu ketahui.

Personalisasi adalah "sarana untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih efektif dan efisien, membuat interaksi lebih cepat dan mudah dan, akibatnya, meningkatkan kepuasan pelanggan dan kemungkinan kunjungan berulang," menurut TechTarget. Ini tercapai ketika sebuah sistem menyesuaikan pengalaman berdasarkan perilaku konsumen sebelumnya. Misalnya, Amazon mempersonalisasi berandanya untuk setiap pengguna berdasarkan penelusuran, penayangan, dan pembelian pengguna sebelumnya.
Kustomisasi, menurut Merriam-Webster, adalah metode "mengubah sesuatu agar sesuai dengan kebutuhan atau persyaratan seseorang, bisnis, dll."
Mereka terdengar sangat mirip, kan? Namun, di sinilah keduanya berbeda: Meskipun personalisasi dan penyesuaian mencapai sasaran yang sama — pengalaman yang disesuaikan dengan minat pengguna — jalur yang digunakan untuk mencapai tujuan ini berbeda.

Jadi, Apa Bedanya?
Untuk menjelaskan bagaimana personalisasi dan penyesuaian berbeda, mari bayangkan skenario umum: Ini jam 8 pagi dan kamu terlambat bekerja. kamu ketinggalan kereta, tetapi pasangan kamu bekerja dari rumah jadi kamu memutuskan untuk membawa mobil bersama.
kamu memulai pengapian dan kendaraan segera menyesuaikan kursi dan ketinggian setir untuk memenuhi tingkat kenyamanan kamu. Album favorit kamu mulai bermain dari sistem hiburan, dan A / C meniupkan 67 derajat yang keren — betapa kamu menyukainya. Itulah personalisasi.

Sekarang, katakanlah ketika kamu masuk ke mobil, kamu perlu beberapa saat untuk menggulung kembali kursi secara manual, menjatuhkan setir ke bawah, menelusuri radio untuk menemukan stasiun pilihan kamu, dan menyalakan AC. Itu adalah kustomisasi.
Singkatnya, personalisasi dicapai melalui data pelanggan dan teknologi prediktif sementara kustomisasi dicapai ketika pengguna secara manual membuat perubahan untuk mencapai pengalaman yang diinginkannya.

Apa Arti Ini untuk Pemasaran Email?
Aku tahu apa yang kamu pikirkan. “Hebat, sekarang aku tahu bedanya. Bagaimana ini berlaku untuk kampanye email ku? ”
Senang kamu bertanya! Berikut uraiannya: di pemasaran email, menggunakan personalisasi berarti mengirim pelanggan email yang ditargetkan dengan konten dan penawaran berdasarkan informasi demografis dan data perilaku. Di sisi lain, menggunakan penyesuaian berarti mereka menerima pesan berdasarkan pengaturan yang telah mereka pilih.

Misalnya, pelanggan mungkin telah mengindikasikan bahwa dia hanya ingin menerima penawaran untuk pakaian wanita, atau melakukan penawaran perjalanan untuk satu wilayah tertentu. Jika kamu menggunakan personalisasi, kamu sudah tahu pelanggan kamu hanya melakukan pembelian dari bagian wanita, atau hanya ulasan yang melakukan perjalanan khusus di Karibia, dan mengirim email yang berkaitan dengan topik tersebut.
Jadi begitulah: panduan singkat untuk personalisasi dan kustomisasi.

Setelah kamu mengetahui perbedaannya, inilah saatnya untuk menerapkan pengetahuan kamu dengan kampanye yang menarik dan dipersonalisasi.
Personalisasi yang efektif dimulai dengan data yang luar biasa.

Penjelasan Lengkap Mengenai MicroSD ( Kartu Memori External ) pada Smartphone

Dengan tipe ponsel yang makin lama makin banyak, kita sebagai pengguna nggak boleh sembarangan untuk membeli atau memilih kartu memori. Memilih kartu memori tidak hanya sekadar menentukan kapasitas sesuai dengan keinginan, tetapi ada beberapa variabel lain yang harus dijadikan acuan untuk memilih. Salah pilih kartu memori bisa mempengaruhi performa ponsel secara keseluruhan.

"Memang apa saja pengaruhnya?". Banyak. Aplikasi crash/lag, penurunan performa saat ambil foto, lihat foto di galeri, bahkan penurunan performa secara keseluruhan. FYI, ini juga jadi salah satu alasan kenapa Xiaomi tidak memberikan slot memori eksternal untuk lini tertinggi mereka, Mi (sumber). Memang beresiko, sih. Hanya karena pengguna salah pilih kartu memori, ponsel jadi bermasalah, yang disalahkan nanti softwarenya, ponselnya, sampai Xiaominya.

Sekarang kita bahas dulu yuk jenis-jenis kartu memori yang ada.

MicroSD, SDHC, SDXC?
Tau perbedaan dari ketiga penamaan memori di atas? Simpelnya, hanya menentukan kapasitas saja kok. SD adalah singkatan dari "Secure Digital", SDHC "Secure Digital High Capacity", dan SDXC "Secure Digital eXtended Capacity". Kapasitas 2GB kebawah termasuk kategori SD, 4GB sampai 32GB kategori SDHC, dan untuk 64GB keatas masuk kategori SDXC.

Class 1? Class 10? Ultra 1? Ultra 3?
Yang ini mulai harus diperhatikan dengan teliti. Class ini adalah acuan kecepatan minimal pada sebuah kartu memori. Kalau tulisannya "Class 6" (tertulis angka dalam huruf C, seperti pada gambar di bawah), berarti kecepatan tulis minimal 6MB/s. Class 10? 10MB/s. Ultra 1? Sama, 10MB/s. Ultra 3? 30MB/s. Untuk Ultra, logonya sedikit berbeda, yaitu angka kecil yang seperti berada di dalam huruf "U".


Perlu diingat, ini minimal ya. Jadi kalau misal memorinya tertulis Ultra 3, bisa sekitaran 30MB/s kurang dikit, atau jauh lebih kencang.

Nih, ada tabelnya.
Write & Read Speed Apa Lagi?
Ini juga nggak kalah penting. Read speed adalah kecepatan kartu memori saat sedang dibaca/dibuka. Read speed ini biasanya menentukan kecepatan untuk buka file, atau buka galeri foto yang berisi ratusan thumbnail, misalnya. Sedangkan Write speed adalah kecepatan kartu memori saat sedang ditimpa data baru, seperti kecepatan copy. Ini sangat mempengaruhi kinerja ponsel, apalagi buat kamu yang berencana menyimpan aplikasi, permainan, lagu-lagu dari Spotify, atau hasil foto dan video ke kartu memori.

Nah, kebetulan di rumah saya ada tiga jenis tipe kartu memori SanDisk yang cukup umum di toko-toko online maupun offline. Ketiganya saya beli di JakartaNotebook, dan sudah pernah dicoba di ponsel yang sama (LG G4). Masing-masing adalah: SanDisk Ultra 48MB/s (warna putih abu-abu), Ultra 80MB/s (merah abu-abu), dan Extreme 90MB/s (merah kuning).


Dari fisiknya, perbedaan yang paling terlihat (selain warna dan kapasitas) adalah kelas dari masing-masing kartu memori. Kedua SanDisk Ultra di atas sama-sama punya spesifikasi kecepatan minimal 10MB/s (karena Class 10 dan Ultra 1 sama-sama 10MB/s), dengan yang paling kanan minimal 30MB/s (karena sudah Ultra 3).

Kebanyakan orang awam akan mengira kalau kartu memori yang tengah dan yang paling kanan hanya "beda dikit", karena memang kebanyakan toko hanya menunjukkan kecepatan read maksimal saja (seperti pada gambar di bawah, 80MB/s dan 90MB/s). "Ah, cuma beda 10MB/s", "80MB/s udah ngebut lah, cukup".


Padahal keduanya sangat berbeda. Berikut saya kasih benchmark write & read speed tiga kartu memori yang saya punya, dengan urutan sesuai gambar (kiri - kanan).


Seperti yang bisa dilihat pada hasil benchmark di atas, kedua SanDisk Ultra punya write speed rata-rata 10MB/s, sesuai dengan kelasnya. Sedangkan untuk read speed, SanDisk 48MB/s nyatanya hanya memiliki read speed sekitar 20MB/s, dan SanDisk 80MB/s sekitar 35-40MB/s. Berbeda dengan SanDisk Ultra, SanDisk Extreme yang diklaim mempunyai kecepatan hingga 90MB/s memang 100% terbukti sesuai, dengan write speed yang bahkan hampir sama!

"Lalu apa efeknya untuk penggunaan sehari-hari?". Saat saya masih menggunakan SanDisk Ultra, shot-to-shot time atau jeda tiap ambil foto terasa 1-2 detik lebih lama. Saat digunakan untuk menyimpan beberapa offline playlist Spotify dengan -+ 300 lagu, tidak jarang aplikasi mengalami delay sampai belasan detik saat dibuka, dan sesekali blank alias harus ditutup paksa. Scroll-scroll ratusan foto di galeri cukup lancar, namun tidak secepat saat menyimpan foto di memori internal. Dicoba untuk menyimpan game HD seperti NFS: No Limits, game sama sekali tidak dapat dimainkan. Sangat lag dan audio kacau. Rekam video 4K juga tidak lancar, karena bitrate video LG G4 yang bervariasi dari 10-30MB/s. Kalau kamu menggunakan Galaxy S7 (dengan bitrate yang lebih tinggi, 45MB/s), dipastikan video akan langsung terhenti pada beberapa detik pertama. (koreksi kalau salah ya).

Sewaktu saya ganti menggunakan SanDisk Extreme, semua masalah di atas hilang. Hilang. Lancar semuanya. Sudah dicoba untuk simpan dan main NFS: No Limits juga lancar. Seperti menyimpan di memori internal deh, gampangnya. Nggak ada masalah.

Nah, mungkin ada beberapa orang yang bingung milih, antara membeli kartu memori Class 10/Ultra 1 128GB, atau Ultra 3 64GB (karena harganya yang relatif sama). Gampangnya begini...

Pilih Class 10/Ultra 1 kalau kamu berencana menggunakan kartu memori hanya untuk menyimpan (dalam artian hasil copy dari PC) file media seperti foto, video (film, serial), musik, dokumen dan sejenisnya. Sebagai tempat menyimpan aplikasi sih bisa saja, tapi kalau nanti notifikasi tidak lancar atau muncul lag, tanggung sendiri ya.
Pilih Ultra 3 kalau kamu ingin mempunyai kartu memori yang secepat memori internal, dan kompatibel untuk menyimpan hasil rekam video 4K secara langsung dari kamera, serta mampu menyimpan data aplikasi tanpa perlu khawatir akan menurunkan performa ponsel.

Jadi sekarang sudah bisa bedain kan, antara microSD, SDHC, Class 10, Ultra 3 dan lain-lainnya gimana? Lebih teliti untuk pilih kartu memori sebelum membeli ya. Pastikan dulu kecepatannya, tidak hanya read speednya, writenya juga. Kalau memang informasi tidak lengkap (seperti JakartaNotebook, misalnya), cari di kolom testimoni pembelinya (biasanya ada yang menginfokan), atau cari info di e-commerce/halaman web lain. Mohon maaf kalau ada salah penulisan yaa. :)

Untuk tips membedakan kartu memori yang palsu dengan yang asli, bisa cek artikel dari GadgetGaul di sini.

Referensi: SanDisk, PetaPixel
Sumber : https://www.prasetyoh.com/2016/07/tips-memilih-kartu-memori-yang-tepat.html 

Minggu, 06 Januari 2019

Membuat Windows 10 Jadi Lebih Ringan



Disini saya akan membagikan beberapa tweak sederhana untuk membuat Windows 10 jadi lebih ringan. Awalnya sih ide ini muncul karna laptop yang biasa saya pakai speknya terbilang low-end (baca : pas-pasan), makanya butuh tweak sana-sini untuk membuat Windows 10 tidak terlalu berat untuk dijalankan. Oke, skip curhatannya, langsung aja :3

Sip, untuk tweaknya saya uraikan dalam beberapa poin, yaitu :
1.      Kurangi beban startup.
Startup disini bisa diartikan sebagai komponen-komponen yang otomatis dijalankan saat OS mulai berjalan #cmiiw. Semakin banyak startup yang dijalankan, PC juga semakin lemot saat dihidupkan :v
Nah startup sendiri meliputi banyak hal, seperti startup aplikasi, services, scheduled task, registry, dsb. Banyak cara untuk menonaktifkan item-item startup yang tidak digunakan, entah via fitur bawaan windows maupun dengan bantuan aplikasi pihak ketiga. Namun, sejauh yang saya tahu, belum ada yang selengkap Autoruns dari Sysinternals untuk urusan manajemen startup. Selain ringan, portable, dan gratis, aplikasi ini juga mudah untuk digunakan. Cukup jalankan programnya dengan hak admin (run as admin), agar berjalan dengan hak penuh, dan hilangkan ceklis untuk item yang dirasa tidak perlu untuk dijalankan.

Terlihat disana, startup dibagi dalam beberapa tab, tab everything memuat semuat startup yang dijalankan, sedangkan tab-tab yang lain merupakan pengkhususannya saja. Saat kita menyorot suatu item, akan muncul detailnya di bagian bawah. Walau caranya sederhana, tetap dibutuhkan pemahaman untuk memilih item mana yang bisa dimatikan dan mana yang tidak, pastikan kamu mengetahui fungsi dari item yang akan dimatikan, agar tidak salah mematikan item yang seharusnya tetap berjalan :)
Sekedar info saja, Autoruns ini juga bisa digunakan untuk membantu mengatasi virus loh :3 Kita bisa login dalam Safe Mode, jalankan Autoruns, matikan startup yang mencurigakan (yang menjadi biang virus), biasanya yang namanya ngga karuan :v Reboot, login dalam mode normal, jadi virus tidak lagi berjalan otomatis saat startup, saatnya babat dengan Antivirus :3 Misalnya saja seperti di bawah ini (pict. nyolong) :



2.      Matikan layanan apps yang tak digunakan yang berjalan secara background.
Disini kita berbicara tentang UWP (Universal Windows Platform) atau yang sebelumnya dikenal juga sebagai Metro Apps #cmiiw. Nah pada umumnya, UWP ini memiliki layanan yang berjalan secara background, entah itu tujuannya agar selalu update informasi, sinkronisasi, startup lebih cepat, dsb. Kebetulan saya sendiri masih memakai akun lokal, jadi UWP sendiri tidak terlalu terpakai, makanya hampir semuanya saya matikan layanan backgroundnya :v Caranya, buka apps Setting > Privacy > Background Apps, switch off untuk layanan yang tidak kamu perlukan.


3.      Instal program sesuai kebutuhan & spek PC.
Dalam menginstal aplikasi, kita pelu memprioritaskan kebutuhan dulu dan spek PC kita, apakah mampu atau tidak. Terkadang, aplikasi jadul masih tetap oke untuk digunakan disaat sekarang, dan lebih ringan tentunya dibanding versi barunya. Memang versi baru memiliki banyak fitur dan kelebihan, tapi kalau versi jadul saja sudah memenuhi kebutuhan kita berkomputasi, ya tidak ada salahnya juga kan untuk tetap dipakai. Misalnya saja Office, saya sendiri sih masih memakai versi 2007, jadul memang, tapi sudah cukuplah untuk memenuhi kebutuhan saya untuk urusan ketik-mengetik, kalkulasi data, dan presentasi :3

Masih berkaitan dengan yang saya sampaikan tadi, biasanya saat kita menginstal suatu aplikasi, ada opsi kostum, jadi kita bisa memilih untuk menginstal apa yang kita butuhkan aja. Kita contohkan lagi Office, biasanya user rumahan hanya menggunakan Word, Excel, sama Powerpoint saja, jadi buat fitur lainnya yang dirasa tidak akan dipakai, seperti Acces, Publisher, tidak harus diinstal kan ?

Aspek lain yaitu spek, pastikan software maupun game yang kita instal, masih mampu “diangkat” oleh PC kita, jadi jangan salahkan Windows kalau PC-nya lemot, padahal spek pas-pasan dipakai untuk menjalankan aplikasi/game berat jelas aja PC bakalan ngos-ngosan :v

4.      Instal aplikasi multifungsi.
Dengan menginstal aplikasi multifungsi atau yang bisa membuka banyak format file, secara tidak langsung kita telah mengurangi jumlah aplikasi yang digunakan, jadi bisa ringanan dikitlah :3
5.      Gunakan aplikasi alternatif yang lebih ringan.
Jaman sekarang yang namanya aplikasi alternatif udah banyak, jadi jangan fanatik sama satu aplikasi saja. Tidak jarang aplikasi alternatif ini lebih bagus bahkan lebih ringan. Misalnya saja aplikasi pdf reader, kalau cuma untuk urusan buka dan baca format pdf, software seperti sumatrapdf atau stdu viewer juga sudah mumpuni, ukurannya installernya cuman beberapa MB saja :3

6.      Hapus komponen yang tidak terpakai.
Saat instal program, seringkali menyertakan banyak komponen yang sebenarnya ngga semua user membutuhkannnya, misalnya saja skin / tema / toolbar, file bahasa, dsb. Kecil sih memang, tapi paling tidak bisa sedikit melapangkan space storage kita. Disini perlu kehati-hatian juga biar ngga salah hapus. Saya sendiri sih biasanya menghapus file bahasa, yang disisakan biasanya hanya file bahasa Inggris dan Indonesia saja (kalau ada). Kalau terdapat skin / toolbar / tema dsb. yang tidak terpakai juga bisa dihapus.

7.      Disable Cortana.
Untuk saya sendiri sih, Cortana tidak pernah dipakai, jadi ya non-aktifkan saja, nantinya akan berubah menjadi Search biasa. Kita bisa lakukan dengan mengedit registry. Simpan script dibawah dalam format reg, dan eksekusi deh file regnya.

Windows Registry Editor Version 5.00

[HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Policies\Microsoft\Windows\Windows Search]
"AllowCortana"=dword:00000000
"AllowSearchToUseLocation"=dword:00000000
"ConnectedSearchUseWeb"=dword:00000000

8.      Kurangi efek visual.
Memang efek visual yang ditampilkan Windows dalam antarmukanya enak untuk dilihat, namun efek visual ini juga butuh resources, semakin kompleks efeknya ya semakin berat. Kalau kita fokus ke performa, maka kualitas efek visual bisa kita turunkan, seperti mematikan efek bayangan, efek animasi, transisi, dsb.
 Caranya, klik kanan This PC > Properties, pada panel di sebelah kiri, pilih Advanced System Setting, atau bisa juga langsung melalui Search / Cortana dengan kata kunci Advanced System Setting. Klik Setting pada bagian Performance. Disitu terdapat beberapa opsi :
1)      Let Windows choose what’s best for your computer, artinya sistem akan otomatis memberikan setting terbaiknya untuk PC kamu.
2)      Adjust for best appearance, artinya sistem akan memprioritaskan tampilan yang ciamik, artinya fokus ke visual efeknya, tapi disisi performa sedikit dikorbankan.
3)      Adjust for best performance, artinya sistem akan memprioritaskan performa, dengan penurunan efek visual tentunya.
4)      Costum, pada opsi ini kita bisa atur sendiri komponen mana yang ingin kita aktifkan atau matikan.

Efek lain yang bisa kita matikan ialah transparansi, bisa kita matikan via Setting. Caranya buka apps Setting > Personalizations > Colors, pilih opsi Off pada Make Start, taskbar and action center transparent.

           
9.      Defrag hardisk secara berkala.
Defrag artinya menghilangkan fragmentasi yang terjadi, dalam konteks ini berarti menata susunan file pada HDD sehingga menjadi lebih teratur dan lebih cepat untuk diakses sehingga ikut memaksimalkan performa dan mengurangi beban kerja HDD. Sebenarnya windows sendiri sudah menyediakan fitur bawaan untuk urusan defrag ini, yakni Defragment and Optimize Drive (cari saja di Search / Cortana).


Namun, untuk saya sendiri sih fitur bawaan ini masih terasa kurang, jadi disini saya merekomendasikan penggunaan apps pihak ketiga saja, yang fiturnya lebih mumpuni, seperti O&O Defrag, Diskeeper, Defraggler, dst. Saya sendiri sih menggunakan Diskeeper :)
Untuk kamu yang pakai SSD sih tidak perlu melakukan defrag, karna hanya akan memperpendek umur SSD kamu :v Selain itu SSD memang tidak butuh defrag lagi, karna teknologinya memang berbeda dengan HDD :3

10.  Gunakan utilitas maintenance pihak ketiga.
Untuk poin ini sih opsional ya, tapi yang namanya software maintenance ini dapat mempermudah kita untuk urusan perawatan sistem, sehingga sistem tetap terjaga performanya. Banyak apps maintenance diluar sana, spt CCleaner, Glary Utilities, Dll Files Fixer, dst. Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan utilitas maintenance tadi, seperti membersihkan file-file sampah, hapus sisa registry yang bermasalah, dsb.

11.  Tweak windows update.
Secara default, Windows Update akan berjalan secara otomatis, menyedot bandwith internet dan membebani kinerja PC. Makanya disini kita perlu tweak sedikit agar update windows dapat berjalan sesuai keinginan kita dan kita pun dapat memilih update yang kita inginkan saja. Disini saya menggunakan 2 buah tools, yakni O&O ShutUp 10 dan Windows Update MiniTool.
1)      O&O ShutUp 10 secara khusus saya gunakan untuk tweak Windows Update selain untuk tweak-tweak lainnya juga. Sebenarnya sih kita bisa pakai cara manual seperti mematikan via Services, Registry, Group Policy Editor, dsb. Namun biar praktis, disini saya pakai bantuan tools aja, cukup jalankan O&O ShutUp 10 dengan Run As Admin, dan atur opsinya, cukup switch on/off saja. Saya sendiri sih menggunakan settingan seperti ini :

Sedikit penjelasan, warna hijau artinya enable (aktif) sedangkan warna merah artinya disable (non-aktif). Disini kita bermain logika juga, kalau disitu terdapat opsi Automatic Windows Update disabled (Matikan pembaharuan otomatis windows), kita pilih enable (aktif), artinya update otomatis kita matikan, kalau kita ubah jadi warna merah (disable), maka update otomatis tidak dimatikan, alias tetap berjalan, jelas kan ?

2)      Windows Update MiniTool (*di doc grup udah ada), merupakan tools alternatif Windows Update bawaan, dengan tools ini kita punya lebih banyak pilihan, seperti bisa memilih update yang kita inginkan saja, bisa juga untuk mendapatkan direct link file update untuk instal update secara manual atau untuk diunduh via download manager, dsb. Pemakaiannya pun mudah, jalankan aplikasinya dengan Run As Admin, klik icon checks for update, pada list update yang muncul, ceklis update yang ingin diinstal saja, klik icon instal. WUMT akan mengunduh update sekaligus menginstalnya.


Credit by : Mista Hikigaya on group Windows 10 Community